Kamis, 24 November 2016

Syarat - Syarat Terjadinya keseimbangan konsumen



BAB I
PENDAHULUAN

A.     LATAR BELAKANG
Secara umum konsumsi didefinisikan sebagai penggunaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan manusia. Dalam ekonomi islam konsumsi juga memiliki pengertian yang hampir sama, tapi ada perbedaan yang melingkupinya. Perbedaan yang mendasar adalah tujuan pencapaian dari konsumsi dan cara pencapaiannya yang harus memenuhi Kaidah Syariah Islam.
Tujuan utama konsumsi bagi seorang muslim adalah sebagai sarana penolong untuk beribadah kepada Allah. Sesungguhnya konsumsi selalu didasari niat untuk meningkatkan stamina dalam ketaatan pengabdian kepada Allah, sehingga menjadikan konsumsi juga bernilai ibadah. Sebab hal-hal yang mubah bisa menjadi ibadah jika disertai niat pendekatan diri (taqarrub) kepada Allah, dalam hal  ini dimaksudkan untuk menambah potensi mengabdi kepada-Nya.  Dalam ekonomi Islam, konsumsi dinilai sebagai sarana wajib yang tidak bisa diabaikan oleh seorang muslim untuk merealisasikan tujuan dalam penciptaan manusia, yaitu mengabdi sepenuhnya hanya kepada Allah untuk mencapai falah.
Falah adalah kehidupan yang mulia dan sejahtera di dunia dan akhirat. Falah dapat terwujud apabila kebutuhan-kebutuhan hidup manusia terpenuhi secara seimbang. Tercukupinya kebutuhan masyarakat akan memberikan dampak yang disebut mashlahah. Mashlahah adalah segela bentuk keadaan, baik material maupun non material yang mampu meningkatkan kedudukan manusia sebagai makhluk yang paling mulia.

B.     PERUMUSAN MASALAH
a.       Apakah faktor yang mempengaruhi prilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa ?
b.      Apakah yang dimaksud keseimbangan konsumen ?
c.       Apa sajakah teori prilaku konsumen ?
d.      Apa yang dimaksud kurva indeverensi ?

C.     TUJUAN PENULISAN
     a.       Mengetahui faktor yang mempengaruhi prilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa
                  b.   Mengkaji lebih dalam ilmu mikroekonomi terkait keseimbangan konsumen.
     c.   Untuk mengetahui teori prilaku konsumen
     d.   Untuk mengetahui apa itu kurva indeverensi
















BAB II
PEMBAHASAN

   2.1   Teori Perilaku Konsumen     
                     Perilaku permintaan konsumen terhadap barang dan jasa akan dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya: pendapatan, selera konsumen, dan harga barang, disaat kondisi yang lain tidak berubah (ceteris paribus). Perilaku konsumen ini didasarkan pada Teori Perilaku Konsumen yang menjelaskan bagaimana seseorang dengan pendapatan yang diperolehnya, dapat membeli berbagai barang dan jasa sehingga tercapai kepuasan tertentu sesuai dengan apa yang diharapkannya.
            Prilaku konsumen berdasarkan tuntutan Al-Qur’an dan hadist. Prilaku konsumen (consumen behavior) mempelajari bagaimana manusia memilih diantara berbagai pilihan yang dihadapinya dengan memanfaatkan sumber daya (resources) yang dimilikinya teori prilaku konsumen dibangun berdasarkan syari’at islam, memiliki perbedaaan yang mendasar dengan  teori konvensional. Perbedaan ini menyangkut nilai dasar yang menjadi dasar fondasi, teori, motif, dan tujuan konsumsi, hingga teknik pilihan dan alokasi anggaran untuk berkonsumsi.
Ada tiga nilai dasar yang menjadi nilai fondasi bagi prilaku konsumsi masyarakat  muslim;
a.       Keyakinan akan adanya hari kiamat dan kehidupan akahirat, prinsip ini mengarahkan konsumen untuk mengutamakan konsumsi untuk akhirat dari pada dunia. Mengutamakan konsumsi untuk ibadah dari pada konsumsi duniawi. Konsumsi untuk ibadah merupakan Future Consuption ( karena mendapat balasan surge diakhirat), sedangkan konsumsi duniawi adalah Present Consuption.
b.      Konsep sukses di dalam islam diukur dengan moral agama Islam, dan bukan dengan jumlah kekayaan yang dimiliki. Semakin tinggi moralitas seseorang muslim maka semakin tinggi pula kesuksesan yang dicapainya. Kebajikan, kebenaran, dan ketaqwaan kepada Allah merupakan kunci moralitas seorang muslim. Kebjikan dan kebenaran dapat dicapai dengan prilaku yang baik dan bermanfaat bagi kehidupan dan menjauhkan diri dari kejahatan.
c.       Kedudukan harta merupakan anugrah Allah dan bukan sesuatu yang dengan sendirinya bersifat buruk ( sehingga harus dijauhi secara berlebihan). Harta merupakan alat untuk mencapai tujuan hidup, jika diusahakan dan dimanfaatkan dengan benar.
         Ada beberapa aturan yang dijadikan sebagai pegangan untuk mewujudkan rasionalitas dalam berkonsumsi.
1.      Tidak boleh hidup bermewah-mewahan.
2.      Pelarangan israf (kikir), tabdzir (boros), dan safih (menuruti hawa nafsu).
3.      Keseimbangan dalam berkosumsi.
4.      Larangan berkosumsi atas barang dan jasa yang membahayakan/ haram.
  Ada beberapa prinsip-prinsip berkosumsi di dalam ekonomi islam, diantaranya:
1.      Prinsip Halal: seorang muslim diperintahkan oleh musllim untuk mengesumsi makan-makanan yng halal ( sah menurut hukum dan diizinkan) dan tidak mengambil makanan yang haram (tidak sah menurut hukum dan terlarang).
2.      Prinsip Kebersihan dan menyehatkan: seabagaiman firman Allah di dalam Al-Qur’an    yang artinya:   “Hai sekalian umat manusia, makanlah yang halal lagi baik dari apa yang terdapat di Bumi, dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah stan; karena sesungguhnya setan itu ialah musuh yang nyata   bagimu.”(QS. Al-Baqarah: 168). Demikianlah Al-Qur’an mengingatkan manusia untuk makan-makanan yang telah Allah  anugerahkan kepada mereka.
3.      Prinsip kesederhanaan: prinsip ini mengandung arti dalam melakukan konsumsi tidak boleh berlebih-lebihan sebagaimana Firman Allah dalam Al-qur’an yang artinya “makan dan minumlah dan jangan engkau berlebih-lebihan sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melukai batas” selanjutnya Firman Allah dalam Al-Qur’an yang artinya: “hai orang-orang yang beriman janganlah kamu haramkan apa-apa yang baik yang telah Allah halalkan bagi kamu, dan janganlah melampaui batas….” (QS.Al-Maidah: 87) arti penting dari ayat ini  adalah menjaga keseimbangan dan kesederhanaan (hidup sesuai dengan kemampuan) dalam konsumsi.
4.      Prinsip kemurahan hati: dalam hal ini islam memerintahkan agar senantiasa memerhatikan saudara dan tetangga kita dengan senantiasa berbagi rasa kebersamaan.
5.           Prinsip moralitas: selain hal teknis diatas islam juga memperhatikan pembangunan moralitas spiritual bagi manusia hal tersebut dapat digambarkan dengan perintah agama yang mengajarkan senantiasa menyebut nama Allah bersyukur atas karunianya, maka hal tersebut secara tidak langsung akan membawa dampak psikologis bagi pelakunya seperti anti makanan haram baik zatnya maupun cara mendapatkannya maupun ketenangan jiwa.

2.2.    Pengertian Keseimbangan Konsumen
               Keseimbangan konsumen adalah suatu titik dimana konsumen dengan pengeluaran pendapatan yang terbatas dapat memaksimumkan kegunaan total (total utility) atau kepuasannya. Umumnya masalah ekonomi dari konsumen terjadi ketika seorang konsumen mempunyai pendapatan yang terbatas untuk dibelanjakan, sehingga tidak dapat membeli semua barang dan jasa yang diinginkan. dengan masalah ini diasumsikan bahwa sasaran konsumen adalah memilih kombinasi barang yang sesuai dengan keinginannya dan dapat memaksimumkan kegunaan total.
               Prinsip dasar keseimbangan konsumen terdapat di Hukum Gossen II yang mengatakan: seorang konsumen yang bertindak rasional akan membagi-bagi pengeluaran uangnya untuk membeli berbagai macam barang sedemikian rupa hingga kebutuhan-kebutuhannya terpenuhi secara seimbang. Artinya sedemikian rupa hingga rupiah terakhir yang digunakan untuk membelanjakan sesuatu memberikan marginal utility yang sama. Entah digunakan untuk membeli barang yang satu atau untuk membeli barang yang lain.
              Berikut akan dijelaskan mengenai beberapa hal  yang berkaitan dengan keseimbangan konsumen.
    

  2.3.  Teori Nilai Guna (Utiliti)
              Sebelum membahas hal yang berhubungan langsung dengan keseimbangan konsumen, maka lebih baik kita mengkaji terlebih dahulu mengenai tingkah laku konsumen dan teori nilai guna.
    Teori tingkah laku konsumen dapat dibedakan dalam dua macam pendekatan, yaitu:
1)     Pendekatan Teori Utilitas Kardinal
              Teori ini menganggap bahwa besarnya daya guna (utilitas) yang diterima seorang konsumen sebagai akibat dari tindakan mengkonsumsi barang tersebut, dapat diukur yang tinggi rendahnya tergantung kepada subjek yang memberikan nilai/penilaian, pendekatan ini sering disebut dengan pendekatan Marginal Utility. Nilai guna kordinal menyatakan bahwa kenikmatan yang diperaih konsumen dapat dinyatakan secara kuantatif.
       Asumsi yang dipakai dalam pendekatan ini adalah :
a)      Daya guna/utilitas tersebut dapat diukur;
b)      Konsumen bersifat rasional;
c)      Tujuan konsumen adalah memaksimumkan utilitas;
             Laju pertambahan daya guna / utilitas semakin lama semakin rendah dengan semakin banyaknya barang tersebut dikonsumsi oleh konsumen, ini dikenal sebagai Hukum Pertambahan Utilitas yang semakin menurun.

         2)     Pendekatan Teori Utilitas Ordinal
               Teori ini beranggapan bahwa besarnya daya guna / utilitas tidak diketahui secara absolut oleh konsumen, bagi seorang konsumen cukup dengan kemampuan untuk membuat urutan-urutan kombinasi barang yang dikonsumsinya berdasarkan besarnya daya guna yang diterimanya, pendekatan ini sering juga disebut dengan pendekatan Indifferent cerve. Nilai guna ordinal menyatakan bahwa kenikmatan yang diperoleh konsumen dalam mengkansusikan barang tidak dikuantifikasi.
        Asumsi yang dipakai dalam pendekatan ini adalah bahwa :
a)      Setiap konsumen bertindak rasional;
b)      Dengan dana dan harga pasar tertentu konsumen dianggap selalu akan memilih kombinasi yang memberikan  kepuasan utilitas / daya guna yang maksimal;
c)      Konsumen dianggap mempunyai informasi yang sempurna atas uang yang tersedia baginya maupun harga barang di pasar.
d)     Konsumen dianggap juga mempunyai skala preferensi yang disusun atas dasar urutan besar kecilnya daya guna bukan secara absolut, tetapi mampu menentukan hubungan dua kombinasi yang lebih baik.
                Di dalam teori ekonomi kepuasan atau kenikmatan yang diperoleh seseorang dari mengkonsumsikan barnag-barang dinamakan nilai guna atau utility. Semakin tinggi kepuasan konsumen maka ssemakin tinggilah nilai gunanya atau utilitinya. Nilai guna dibedakan dalam dua pengertian yaitu nilai guna total dan nilai guna marjinal. Nilai guna total yaitu jumlah seluruh kepuasan yang diperoleh dari mengkonsumsikan sejumlah barang tertentu. Sedangkan nilai guna marjinal yaitu pertambahan (atau pengurangan) kepuasan sebagai akibat dari pertambahan (atau pangurangan) penggunaan satu unit barang tertentu.

       2.4.    Kurva indeferensi (indeference curve)
Kurve indeferensi adalah kurve yang menunjukkan kombinasi konsumsi terhadap dua macam barang yang memberikan konsumen tongkat kepuasan yang sama. Kurva ini dipergunakan sebagai salah satu alat analisa/ pendekatan dalam memahami tingkah laku konsumen.
karakter kurve indeferensi:
1)      Cembung terhadap titik original (convex to origin)
2)      Bergerak dari kiri atas ke kanan bawah (downward sloping)
3)      Tidak saling berpotongan
4)      Semakin tinggi kurva kepuasan sama, tingkat kepuasannya semakin besar
5)      Daerah yang relevan untuk berkonsumsi adalah yang berkecondongan negatif
Ciri-ciri kurve indeferensi:
         Kurva indeferent mempunyai kemiringan negatif (dari kiri atas ke kanan bawah).
         Kurva indeferent yang lebih tinggi kedudukannya menunjukkan tingkat kepuasan    yang semakin tinggi.
         Kurva indeferent tidak pernah berpotongan dengan kurva indefferent lainnya.
         Kurva indefferent cembung ke titik asal.( titik 0 )


       2.5.     Keseimbangan Konsumen
Keseimbangan konsumen merupakan suatu pencapaian kepuasan konsumen yang maksimum yang menyebabkan konsumen tidak lagi berusaha untuk menentukan gabungan barang lain yang akan digunakannya. Kurva keseimbangan konsumen merupakan kombinasai dari 2 hal yang telah dijelaskan diatas, yaitu:
Garis anggaran menunjukkan kemungkinan-kemungkinan yang dapat dicapai dengan tingkat pendapatan ynag tersedia dalam harga tertentu
        Keseimbangan konsumen terjadi pada titik pertemuan antara garis konsumen dengan kurva indeferensi. Jika melihat pada gambar diatas, titik keseimbangan konsumen terletak pada titik pertemuan garis konsumen dengan kurva indeferensi yang kedua
Pembahasan tentang keseimbangan konsumen berkisar pada penggabungan tentang kemauan dan kemampuan konsumen dengan tujuan usaha memaksimumkan daya guna /utilitas. Setiap konsumen dianggap menghadapi berbagai kemungkinan kombinasi barang yang akan dikombinasinya, masing-masing kombinasi tersebut memberikan kepadanya sejumlah daya guna yang berbeda-beda, kombinasi barang yang mampu memberikan tingkat daya guna /kepuasan yang tertinggi akan dipilih dan tidak akan dirubahnya lagi, maka saat itu konsumen berada dalam keseimbangan.
Berarti Keseimbangan konsumen tercapai jika konsumen memperoleh kepuasan maksimum dari mengkonsumsi suatu barang keseimbangan konsumen akan muncul apabila seorang konsumer telah membelanjakan seluruh pendapatan sama dengan pertambahan daya guna /utilitas per rupiah dari masing-masing barang, atau MUx/Px = MUy/Py

a.       Pengaruh Perubahan Pendapatan Konsumen
Income Consumption Curve (ICC), kombinasi produk yang dikonsumsi untuk memberikan kepuasan (utilitas) maksimum kepada konsumen pada berbagai tingkat pendapatan. Apabila pendapatan konsumen berubah naik atau turun, sedangkan harga kedua barang tetap, maka akan berakibat berubahnya jumlah barang yang diminta.
b.      Pengaruh Perubahan Harga Terhadap Keseimbangan Konsumen
Price Consumption Curve (PCC), merupakan kurve yang menunjukkan  kombinasi barang atau jasa yang dikonsumsi oleh konsumen yang memberikan kepuasan (utilitas) maksimum kepada konsumen pada berbagai tingkat harga.
Perubahan salah satu  harga barang, sementara pendapatan tetap, maka perubahan tersebut akan mempengaruhi   jumlah barang yang diminta, dalam hal ini akan terlihat dengan pergeseran garis belanja (budget line), ke kiri atau kekanan.














BAB III
PENUTUP

          Kesimpulan

                  Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka saya dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan makalah “Syarat-Syarat terjadinya keseimbangan konsumen ” saya menyimpulkan bahwa Keseimbangan konsumen tercapai jika konsumen memperoleh kepuasan maksimum dari mengkonsumsi suatu barang keseimbangan konsumen akan muncul apabila seorang konsumer telah membelanjakan seluruh pendapatan sama dengan pertambahan daya guna /utilitas per rupiah dari masing-masing barang


         Saran
    
        Menyadari bahwa saya masih jauh dari kata sempurna, kedepannya saya akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.







DAFTAR PUSTAKA

Sukirno, S., 2009, mikro ekonomi: teori pengantar, edisi ketiga, rajawali pers, jakarta
Karim, A. Ir. , 2007. Ekonomi mikro islam, edisi ketiga, rajawali pers, jakarta
Ir. Adiwarman A. Karim, S.E, M.B.A., M.A.E.P.Ekonomi Mikro Islami.Edisi Kelima